Hubungan Ketidakteraturan Pola Makan dengan Kejadian Dispepsia pada Remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Rancaekek

Gejala dispepsia antara lain rasa tidak nyaman atrau rasa terbakar di epigastrium, kembung, cepat merasa kenyang, dan mual saat perut penuh. Karena ketidakseimbanyan yang ditimbulkannya di dalam tubuh, kebiasaan makan yang
tidak teratur menjadi salah satu hal yang mempengaruhi seberapa sering orang terkena kejadian dispepsia. Di Provinsi Jawa Barat, kejadian dispepsia termasuk
dalam 10 besar, yakni di Kabupaten Bandung yang menduduki peringkat pertama pada bulan januari dengan 410 kasus.
Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi remaja dengan kebiasaan makan tidak teratur di lingkungan kerja Puskesmas Rancaekek. Mengetahui prevelensi dispepsia pada remaja di lingkungan kerja Puskesmas Rancaekek. Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan makan yang tidak normal dengan
prevelensi dispepsia pada remaja di wilayah kerja Puskesmas Rancaekek. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian cross sectional dan desain penelitian analitik observasional (cross-sectional study). Dari total populasi sebanyak 89 orang, dipilih 47 orang sebagai sampel. Purposive sampling
digunakan untuk pendekatan sampel, dan formulir google digunakan untuk mengumpulkan data dengan kuesioner yang mencakup 26 item secara total. Analisa yang digunakan univariat dan bivariat dengan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden 53,2% memilili pola makan tidak teratur. Sebagian besar responden sebanyak 72,3% mengalami sindrom dispepsia. Ada hubungan antara ketidakteraturan makan dengan sindrom dispepsia (p value 0,001). Berdasarkan hasil penelitian, Diperlukan penelitian lebih jauh mengenai faktor risiko dspepsia seperti gaya hidup (aktivitas dan diet), menerapkan pola makan yang benar dan sehat, serta faktor sosial budaya dimana mereka hidup.

Kata Kunci: dispepsia, ketidakteraturan, pola makan, remaja