Kajian Etnofarmasi Tumbuhan Obat Tradisional sebagai Antihipertensi di Desa Cikurubuk Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat

Etnofarmasi merupakan kajian masyarakat tertentu dalam menggunakan obat-obatan. Informasi penggunaan tumbuhan obat dapat dilakukan dengan metode etnofarmasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis tumbuhan, menentukan nilai ICF
(Informant Consensus Factor), menentukan tumbuhan obat dilihat dari nilai Analisis FL (Fidelity Level), mengetahui bagian tumbuhan obat dilihat dari nilai Analisis PPU
(Plant Part Use), dan cara pengolahan tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati hipertensi di Desa Cikurubuk, Buahdua, Sumedang. Metode yang digunakan adalah eksploratif melalui wawancara terstruktur. Berdasarkan hasil
wawancara dengan 50 informan didapatkan 29 spesies tumbuhan dan 184 total penggunaan dengan nilai ICF (Informant Consensus Factor) sebesar 0,85. Tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Cikurubuk sebagai obat antihipertensi yang dilihat dari nilai FL (Fidelity Level) tertinggi yaitu Mentimun (Cucumis sativus L.) 62%, Jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) 40%, Bawang putih (Allium sativum L.) 34%, Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) 30% dan Seledri (Apium graveolens L.) 28%. Bagian tumbuhan obat yang paling banyak digunakan yaitu daun
sebesar daun 36,95%, buah 34,78%, rimpang 15,76%, umbi 9,23%, kulit kayu 2,17%, biji 1,08%. Cara pengolahan yang memiliki presentase paling tinggi yaitu direbus
sebesar 34,4%.

KATA KUNCI: Etnofarmasi, Hipertensi, Desa Cikurubuk.