dc.description.abstract | Indonesia merupakan salah satu negara penghasil rempah terbesar di dunia. Beragam rempah
yang dihasilkan di Indonesia, salah satunya adalah jahe. Selain digunakan untuk kebutuhan
pangan, jahe juga memiliki kegunaan untuk membantu mengobati berbagai penyakit. Meskipun
bagian tumbuhan jahe yang biasa digunakan adalah rimpang jahe, namun daun jahe juga
memiliki banyak manfaat. Daun jahe dapat digunakan sebagai antioksidan dan antibakteri.
Salahsatu kandungan senyawa yang berperan dalam aktivitas rimpang dan daun jahe adalah
minyak atsiri. Kadar dan komposisi minyak atsiri dari suatu tanaman bervariasi tergantung
lingkungan tempat tumbuh, bagian tumbuhan, faktor genetik serta teknik pengolahan seperti
kondisi pengeringan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perbedaan kandungan
minyak atsiri dari daun dan rimpang jahe pada kondisi segar dan kering. Pemisahan minyak
atsiri dilakukan dengan menggunakan metode Destilasi air. Analisis komposisi minyak atsiri
dilakukan menggunakan GC-MS. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat
perbedaan profil kromatografi pada sampel rimpang dan daun jahe dalam keadaan segar dan
kering. Rimpang jahe segar memperlihatkan 17 puncak dengan komponen senyawa terbesar
adalah Bicyclo[7.2.0]undec-4-ene (27.70%), Geraniol (10.46%), Citral (16.03%), Linalool
(3.71%). Sedangkan rimpang jahe kering menunjukkan 22 puncak dengan komponen senyawa
terbesar Geranyl acetat (19.06 %), 2,6-Octadienal, 3,7-dimethyl-, acetat dengan (14.58%) dan
Geraniol (17.33 %). Daun jahe segar menunjukkan 30 puncak dengan beberapa senyawanya
adalah Bicyclo[7.2.0]undec-4-ene, sebesar (31.69%). Citral (10.55%), 2,6-Octadienal, 3,7dimethyl-,
acetate (6.61%) dan alpha.-Farnesene (4.58%). Sedangkan daun jahe kering
menunjukkan 13 puncak dengan komposisi senyawa terbesar Bicyclo[7.2.0]undec-4-ene
(38.13%), 2,6-Octadienal, 3,7-dimethyl- acetate (16.72%), dan geraniol (5.55%). | en_US |