dc.description.abstract | fraktur merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan eksternal yang lebih besar. Penanganan terhadap fraktur dapat dengan pembedahan, meliputi imobilisasi, reduksi, ORIF, OREF dan rehabilitas. Dampak yang dirasakan setelah tindakan pembedahan ORIF/OREF adalah nyeri, ketidak efektifan perfusi jaringan, kerusakan integritas kulit, hambatan mobilitas fisik, resiko infeksi, resiko syok (hipovolemik).Metode: studi kasus, yaitu mengeksplorasi suatu masalah/fenomena dengan batasan terperinci melalui pengumpulan data yang mendalam serta melibatkan berbagai sumber informasi. Studi kasus ini dilakukan pada 2 klien post operasi fraktur tibia sinistra dengan nyeri akut. Hasil: setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 hari dengan memberikan intervensi keperawatan berupa menejemen nyeri non farmakologi: Distraksi pendengaran, masalah keperawatan nyeri akut pada kasus 1 dan kasus 2 dapat teratasi sebagian pada hari ke 2. Dengan penurunan skala nyeri klien 1 saat pengkajian 5 (skala dari 0-10) setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 hari skala nyeri 2 (skala dari 0-10), sedangkan klien ke 2 dengan skala nyeri saat pengkajian 6 (skala dari 0-10) setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 hari skala nyeri 3 (skala dari 0-10). Diskusi: pasien dengan nyeri akut tidak selalu memiliki respon yang sama, karena nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat individual. Sehingga disarankan kepada perawat dapat memberikan asuhan komprehensif dan edukasi kepada setiap pasien post operasi, tentang cara mengontrol nyeri dengan menggunakan teknik non farmakologi: distraksi pendengaran. Diharapkan kepada rumah sakit agar mempertahankan kenyamanan lingkungan dan ketertiban jam kunjungan. Karena dapat menjadi faktor prespitasi nyeri pada klien. | en_US |