| dc.description.abstract | Kejadian kasus BPH di Negara maju sebanyak 19% sedangkan dinegara berkembang sebanyak 5,35% kasus yang ditemukan pada pria lebih dari 65 tahun dan dilakukan pembedahan setiap tahunnya. Semakin tingginya angka kejadian BPH di Indonesia telah medapatkan BPH sebagai penyebab angka kesakitan nomor 2 terbanyak setelah penyakit batu pada saluran kemih. Tahun 2013 di Indonesia terdapat 9,2 juta kasus BPH, diantaranya diderita pada pria berusia diatas 60 tahun (Riskesdas,2013). Pada periode 2017 periode Januari sampai Desember 2017, benign prostat hiperplasia (BPH) dengan jumlah 275 kasus (10,9%) dan BPH menempati urutan ke-4 penyakit terbesar di tahun 2017. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengeruh terapi relaksasi progresif terhadap intensitas nyeri post ops BPH Metode: Penelitian yang dilakukan berbentuk studi kasus yang dilakukan pada dua orang klien dengan diagnosa Post Operasi Open Prostatectomy atas indikasi Benigna Prostat Hiperplasia(BPH) dengan masalah keperawatan nyeri. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, partisipasi aktif dan studi kepustakaan. Tindakan yang dilakukan pada kedua klien yaitu dengan teknik relaksasi progresif dengan cara nafas dalam. Hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan sampai hari ketiga hasilnya skala nyeri berkurang menjadi 2 (0-10) dari skala sebelumnya 4 (0-10) dari kedua klien. Diskusi : Perawat dalam hal ini sebagai bagian dari tenaga kesehatan mempunyai peran dalam masalah keperawatan penanganan nyeri. Sehingga perawat harus melakukan asuhan yang kompherensif untuk menangani masalah keperawatan pada pasien. | en_US |
